Pada cerpen tersebut, tokoh utamanya bernama Tuan Amali dan Nyonya Tilah. Tokoh pembantunya, yaitu Pak Mardho, Si Ayu, lelaki berkopyah cokelat, perempuan bercadar, anak yang mengemis, Pak Ditol. Latar cerpen itu, yaitu latar suasananya kesal saat Tuan Amali melihat jika anak yang mengemis itu tidak jujur. Latar tempatnya, yaitu di jalan Jabal Al-Kaabah, terowongan bawah tanah Ibrahim Al-Khalil Road, Masjidil Haram, Hotel Dar Al-Tawhid, dan Al-Hadee Hotel. Latar waktunya, yaitu siang hari, pagi hari, dan sore menjelang malam. Sudut pandang yang digunakann, yaitu orang pertama tunggal (saya), orang kedua tunggal (kamu), orang ketiga tunggal (dia), dan orang ketiga jamak (mereka).
Pada cerpen ini, ternyata sesuai dengan sesuai dengan kehidupan nyata masih banyak pengemis di kota-kota besar. Pengemis-pengemis terkadang juga melakukan hal yang tidak jujur, agar dikasihani banyak orang. Bahkan, orang-orang besar menyuruh anak kecil untuk melakukan pekerjaan meminta-minta. Seharusnya pemerintah melihat ini menjadi lebih tegas dan memiliki rasa tanggung jawab yang besar. Pemerintah sebaiknya juga memberikan lowongan pekerjaan yang layak agar tidak melakukan hal seperti itu.
Kelebihan dalam cerpen memiliki amanat yang mendalam bagi pembaca.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar