Minggu, 30 Mei 2021
Mengkritik "Sajak Palsu"
Sabtu, 22 Mei 2021
Menulis Kritik dan Esai Puisi Widji Thukul
Puisi Wiji Thukul
PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gasat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu
Apa guna punya ilmu
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
Berdiri gagah
Kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa
Rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa guna banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Wiji Thukul terlahir di Kabupaten Solo pada tanggal 26 Agustus 1963. Wiji Thukul anak tertua dari tiga bersaudara. Sejak SD sajak-sajak puisi mulai terbentuk dan masuk ke seni teater pada masa SMP. Bukan hanya seorang sastrawan, ia juga seorang aktivis HAM yang sering berurusan dengan demontrasi. Puisi “Peringatan” diciptakan pada tahun 1986 memiliki empat bait setiap bait ada empat baris. Pada puisi “Peringatan” sebagai penyampaian suatu kritikan. Makna dari puisi tersebut adalah seorang yang memiliki kekuasaan yang merampas keadilan di negara ini. Diksi dalam puisi setiap katanya mudah dipahami. Pada kalimat “maka hanya ada satu kata : lawan!” dari kata ini dapat menjelaskan untuk memberontak. Puisi-puisi karyanya menggambarkan bahwa tidak pernah takut kepada penguasa yang merendahkan kaum di negara ini. Ternyata diksi dalam puisi tersebut ada kata dari bahasa Rumania “subversif” yang berarti memberontak kekuasaan.
Makna pada puisi Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu berarti seseorang yang memiliki ilmu tidak dapat digunakan dengan baik dan tidak dapat menegakkan suatu kebenaran. Pembuktiannya terdapat pada kalimat
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Puisi tersebut ditunjukan untuk sindirian kepada para orang-orang kaya yang suka menindas rakyat. Pada puisi ini juga menggunakan bahasa Rumania pada kata “cukong”.
Minggu, 16 Mei 2021
Menulis Kritik dan Esai Puisi Idul Fitri Karya Sutardji Calzoum Bachri
Jumat, 07 Mei 2021
KRITIK DAN ESAI PADA PUISI
Pada kali mengkritik dan esai pada ketiga puisi milik Mashuri, sebagai berikut :
PUISI MASHURI
Puisi 1
Hantu Kolam
: plung!
di gigir kolam
serupa serdadu lari dari perang
tampangku membayangkan rumpang
mataku berenang
bersama ikan-ikan, jidatku terperangkap
koral di dasar yang separuh hitam dan gelap
tak ada kecipak yang bangkitkan getar dada, menapak jejak luka yang sama di medan lama
segalangnya angin, serupa musim yang dicerai matahari
aku terkubur sendiri di bawah timbunan rembulan
segalanya tertemali sunyi
mungkin…
“plung!”
aku pernah mendengar suara itu
tapi terlalu purba untuk dikenang sebagai batu yang jatuh
kerna kini kolam tak beriak
aku hanya melihat wajah sendiri, berserak
Banyuwangi, 2012-12-03
Berdasarkan puisi di atas menggambar tokoh “Aku” dalam suasana tertidur dan bermimpi terdapat pada bait terakhir yang menyatakan bahwa “aku hanya melihat wajah sendiri, berserak”dapat diartikan bahwa tokoh aku sedang melihat dirinya sedang bangun dari tidurnya dalam keadaan berantakan. Mimpinya tokoh aku mulai terputus saat matahari mulai muncul. Suasana dalam puisi ini sedih terdapat pada aku “terkubur sendiri di bawah timbunan rembulan segalanya tertemali sunyi” aku merasa sendiri dan termenung. Sesuai dengan judul yang "Hantu Kolam" hantu merupakan arwah seseorang yang meninggal atau sosok yang tak terlihat. Jika digambarkan bahwa kesendirian yang dialami oleh tokoh aku disamakan dengan sosok hantu atau sosok arwah. Suasana yang dirasakan aku tidak ada yang mengetahuinya. Puisi Hantu Kolam memiliki enam bait. Penggunaan iramanya a-b-a-b. Puisi ini agak sulit dipahami dan seharusnya setiap baris di setiap bait harus menggunakan huruf kapital di setiap awal kata.
Hantu Musim
aku hanya musim yang dikirim rebah hutan
kenangan – memungut berbuah, dedaunan, juga
unggas – yang pernah mampir di pinggir semi
semarakkan jamuan, yang kelak kita sebut
pertemuan awal, meski kita tahu, tetap mata
itu tak lebih hanya mengenal kembali peta
lama, yang pernah tergurat berjuta masa
bila aku hujan, itu adalah warta kepada ular
sawah hasratku, yang tergetar oleh percumbuan
yang kelak kita sebut sebagai cinta, entah yang
pertama atau keseribu, kerna di situ, aku mampu
mengenal kembali siku, lingkar, bulat, penuh
di situ, aku panas, sekaligus dingin
sebagaimana unggas yang pernah kita lihat
di telaga, tetapi bayangannya selalu
mengirimkan warna sayu, kelabu
dan kita selalu ingin mengulang-ulangnya
dengan atau tanpa cerita tentang musim
yang terus berganti…
Magelang, 2012
Puisi 3
Hantu Dermaga
Mimpi, puisi dan dongeng
Yang terwarta dari pintumu
Memanjang di buritan
Kisah itu tak sekedar mantram
Dalihmu tuk sekedar bersandar bukan gerak lingkar
Ia serupa pendulum
Yang dikulum cenayang
Dermaga
Ia hanya titik imaji
Dari hujan yang berhenti
Serpu ruh yang terjungkal, aura terpenggal dan kekal
Tertambat di terminal awal
Tapi ritusmu bukan jadwal hari ini
Dalam kematian, mungkin kelahiran
Kedua
Segalanya mengambang
Bak hujan yang kembali
Merki pantai
Telah berpindah dan waktu pergi
Menjaring darah kembali
Sidoarjo, 2012
Berdasarkan puisi ketiga di atas kata hantu diibaratkan sosok kapal yang berlayar di atas lautan. Suasana yang tergambarkan, yaitu tentang keadaan kapal yang melakukan rutinitasnya di lautan. Kali ini puisi ketiga memiliki dua bait.Masih sama dengan puisi pertama berirama a-b-a-b. Kekurangnnya sama masih sulit dipahami.
DAFTAR PUSTAKA
https://puisikompas.wordpress.com/tag/mashuri/.
ESAI PERSAMAAN KELIMA CERPEN KARYA M. SHOIM ANWAR
Karya sastra Indonesia yang menjadi peminat pembaca yang berbentuk tulisan salah satu, yaitu cerpen. Cerpen singkatan dari cerita pendek m...

-
https://lakonhidup.com/2017/02/19/tahi-lalat/ Kali ini saya akan mengkritiksi tentang cerpen. Pada cerpen karya M. Shoim Anwar k...
-
https://m.cnnindonesia.com/hiburan/20180927170516-241-333747/tujuh-karya-sastra-bahasa-lokal-raih-anugerah-rancage-2018 Dalam ce...
-
Judul : Mapala (Mama Papa Larang) Penyanyi asli : Judika Durasi Video : 03:57 Memperankan dalam video : Mahasiswa Sumber : Youtobe (Hudardi...