Puisi Wiji Thukul
PERINGATAN
Jika rakyat pergi
Ketika penguasa pidato
Kita harus hati-hati
Barangkali mereka putus asa
Kalau rakyat bersembunyi
Dan berbisik-bisik
Ketika membicarakan masalahnya sendiri
Penguasa harus waspada dan belajar mendengar
Bila rakyat berani mengeluh
Itu artinya sudah gasat
Dan bila omongan penguasa
Tidak boleh dibantah
Kebenaran pasti terancam
Apabila usul ditolak tanpa ditimbang
Suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan
Dituduh subversif dan mengganggu keamanan
Maka hanya ada satu kata: lawan!
Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu
Apa guna punya ilmu
Kalau hanya untuk mengibuli
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Di mana-mana moncong senjata
Berdiri gagah
Kongkalikong
Dengan kaum cukong
Di desa-desa
Rakyat dipaksa
Menjual tanah
Tapi, tapi, tapi, tapi
Dengan harga murah
Apa guna banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Wiji Thukul terlahir di Kabupaten Solo pada tanggal 26 Agustus 1963. Wiji Thukul anak tertua dari tiga bersaudara. Sejak SD sajak-sajak puisi mulai terbentuk dan masuk ke seni teater pada masa SMP. Bukan hanya seorang sastrawan, ia juga seorang aktivis HAM yang sering berurusan dengan demontrasi. Puisi “Peringatan” diciptakan pada tahun 1986 memiliki empat bait setiap bait ada empat baris. Pada puisi “Peringatan” sebagai penyampaian suatu kritikan. Makna dari puisi tersebut adalah seorang yang memiliki kekuasaan yang merampas keadilan di negara ini. Diksi dalam puisi setiap katanya mudah dipahami. Pada kalimat “maka hanya ada satu kata : lawan!” dari kata ini dapat menjelaskan untuk memberontak. Puisi-puisi karyanya menggambarkan bahwa tidak pernah takut kepada penguasa yang merendahkan kaum di negara ini. Ternyata diksi dalam puisi tersebut ada kata dari bahasa Rumania “subversif” yang berarti memberontak kekuasaan.
Makna pada puisi Di Bawah Selimut Kedamaian Palsu berarti seseorang yang memiliki ilmu tidak dapat digunakan dengan baik dan tidak dapat menegakkan suatu kebenaran. Pembuktiannya terdapat pada kalimat
Apa gunanya banyak baca buku
Kalau mulut kau bungkam melulu
Puisi tersebut ditunjukan untuk sindirian kepada para orang-orang kaya yang suka menindas rakyat. Pada puisi ini juga menggunakan bahasa Rumania pada kata “cukong”.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar