Jumat, 26 Maret 2021

Menulis Makna dalam Puisi Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah

  “Ulama Abiyasa Tak Pernah Minta Jatah”   
                   Puisi: M Shoim Anwar

https://saran.id/downloadpng/gambar-wayang-abiyasa-wallpaper-wayang-kulit-of-abiyasa-shadow-puppet-buy-this-stock-png-wallpaper-601d311fbe120832903974
 
Ulama Abiyasa adalah guru yang mulia
panutan para kawula dari awal kisah
ia adalah cagak yang tegak
tak pernah silau oleh gebyar dunia
tak pernah ngiler oleh umpan penguasa
tak pernah ngesot ke istana untuk meminta jatah
tak pernah gentar oleh gertak sejuta tombak
tak pernah terpana oleh singgasana raja-raja

Ulama Abiyasa merengkuh teguh hati dan lidah
marwah digenggam hingga ke dada
tuturnya indah menyemaikan aroma bunga
senyumnya merasuk hingga ke sukma
langkahnya menjadi panutan bijaksana
kehormatan ditegakkan tanpa sebiji senjata

Ulama Abiyasa bertitah
para raja dan penguasa bertekuk hormat padanya
tak ada yang berani datang minta dukungan jadi penguasa
menjadikannya sebagai pengumpul suara
atau didudukkan di kursi untuk dipajang di depan massa
diberi pakaian dan penutup kepala berharga murah
agar tampak sebagai barisan ulama
Ulama Abiyasa tak membutuhkan itu semua
datanglah jika ingin menghaturkan sembah
semua diterima dengan senyum mempesona
jangan minta diplintirkan ayat-ayat asal kena
sebab ia lurus apa adanya
mintalah arah dan jalan sebagai amanah
bukan untuk ditembangkan sebagai bunga kata-kata
tapi dilaksanakan sepenuh langkah
Penghujung Desember 2020
                       Desember 2020


Pada puisi ketiga ini, masih membahas tentang tokoh dalam Mahabharata atau tokoh pewayangan. Berbeda dengan puisi pertama dan kedua, bedanya kali ini membahas tentang tokoh yang baik. Pengarang dalam menciptakan puisi sangatlah epik dan pandai mencari diksi agar setiap puisi terlihat hidup. Kekurangannya dalam puisi-puisi khusus untuk orang awam, mungkin belum memahami makna setiap bait-bait puisi yang terkandung. Nah, kali ini saya akan membahas tentang makna dan hubungan dengan kehidupan kenyataan. 
Makna yang terkandung di setiap bait, yaitu :
Bait (1)
Bermakna Abiyasa seorang yang menjadi panutan bagi para rakyat yang ditunjukan pada larik kedua yang berbunyi :
panutan para kawula dari awal kasih
Abiyasa seorang yang teguh hati dan tidak bersilau dengan harta dan kekuasaan kerajaan serta tidak tergoyah dengan duniawi.
Bait (2)
Pada bait kedua ini menjelaskan tengtang karakter Abiyasa. Abiyasa memiliki karakter yang bertutur kata lembut. Abiyasa seorang yang pendiam dan dipercayai perkataannya. Abiyasa seong yang murah senyum, bijaksana jika dalam memberikam solusi.
Bait (3)
Makna yang terkandung dalam bait ketiga ini membahas tentang perjalanan hidup Abiyasa. Abiyasa jika dalam tokoh pewayang menjadi resi atau filsuf. Abiyasa sangat dihormati para penguasa kerajaan. Apabila ingin berhadapan dengan Abiyasa jangan membahas tentang keinginan menjadi penguasa kerajaan, karena Abiyasa seseorang yang jujur jika ada yang bercerita tentang suatu masalah kekuasaan. Beliau hanya memberikan arahan yang benar tidak pernah menjerumuskan pada hal yang buruk. Abiyasa memberi contoh agar menjadi penguasa yang amanah dalam perkataan maupun berbuatan.

Puisi di atas jika dikaitkan dengan kehidupan nyata, yaitu jika menjadi seorang pemimpin atau memiliki jabatan yang tinggi harus menjadi seseorang yang jujur, bijaksana, apa adanya. Kalau ada pemimpin seperti itu, pasti seorang itu sangat disegani dimanapun dia berada dan sangat dihargai dan dihormati. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

ESAI PERSAMAAN KELIMA CERPEN KARYA M. SHOIM ANWAR

  Karya sastra Indonesia yang menjadi peminat pembaca yang berbentuk tulisan salah satu, yaitu cerpen. Cerpen singkatan dari cerita pendek m...